PULAU SAPUDI; PULAU YANG KAYA SEJARAH DAN SERAT
Oleh; Mohammad Ali*
Pulau sapudi merupakan pulau terluas kedua dan pulau
dengan penduduk terbanyak yang ada di kepulauan Sumenep. Pulau ini terbagi atas
dua kecamatan, yakni kecamatan Nonggunong dibagian Utara dan kacamatan Gayam di
bagian Selatan. Dan secara keseluruhan Pulau sapudi terdapat 18 desa; 8 desa di
kecamatan Nonggunong dan 10 desa di kecamatan Gayam.
Dipulau tersebut terdapat tokoh penyebar islam dan
sekaligus pembebet pertama pulau tersebut, yang jasa-jasanya sangat dikenang
oleh masyarakat pulau sapudi dan juga diluar pulau sapudi, yaitu raden Aryo
Pulang Jiwo atau yang lebih mashur dengan sebutan Panembahan Sunan Wirokromo
Blingi dab Aryo Sepuh Dewe atau Adi Podey.
Dalam catatan silsilah yang ada di Asta Blingi, raden
Aryo Pulang Jiwo dan Aryo Sepuh Dewe masih mempunyai garisketurunan dari Raden
Rahmat atau Sunan Ampel Surabaya. Bahkan dalam buku babat Sumenep, ia tercatat
sebagai orang yang pertama kali membabat Pulau Sapudi dan Ra’as.
Di pulau tersebut terdapat berbagai peninggalan
budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat sapudi, sehingga pulau tersebut
masih mengandung nilai-nilai budaya yang unik yang terdapat dipulau tersebut,
seperti Bheto Gung atauThogung, Sumur
Tase’, Sumber Kodhung,
Mercusuar Z.M.Willem III, Gua karangkeng, dan
penigggalan-peninggalan yang lain.
Menara suar atau mercusuar
Mercusuar
atau Menara suar orang mengatakannya yang terdapat di Pulau Sapudi Kabupaten
Sumenep merupakan salahsatu peninggalan penjajahan Belanda yang terletak
dipinggir pantai pulau sapudi tepatnya Desa Tarebung Kecamatan Gayam.
Menara Suar
ini Dinamakan Mercussuar ZM Willem karena Mercusuar ini dibangun pada tahun
1887 H, oleh Z.M.WILLEM III seorang Arsitek Belanda yang datang kepulau sapudi
yang tidak lain menara tersebut sebagai alat untuk menjaga keamana tempat
tersebut pada waktu itu.
Dalam Pembangunan
menara Mercusuar ini, Z.M.WILLEM III membutuhkan
waktu ± 4 Tahun lamanya mulai dari perancangan hingga berdirinya menara
tersebut, dengan ketinggian menera ± 80 Meter dan kedalaman pondasi ke dalam
tanah ± 15 meter, dengan menggunakan Cor Timah. sehingga tidak herankalau
bangunan tersebut masih berdiri kokoh sampai saat ini. Menara Mercusuar ini memiliki
± 350 anak tangga, anti gempa dan anti petir. Dan terdapat Lampu pijar putar
yang terdapat dimercusuar ini, dan mampu menjangkau cahaya hingga ± 18 mill/20
Km, dengan memakai tenaga Gas berbahan bakar Karbit sebagai aliran listrik.
Kompleks
mercusuar Z.M. Willem mempunyai luas ± 1 Hektar Persegi Dan dikelilinggi
bangunan – bangunan gaya arsitektur khas Belanda. dengan sarana navigasi laut yang
berfungsi sebagai pandu laut untuk memberikan keselamatan bagi pengguna
lalulintas laut di Pulau Sapudi dan sebagai tanda adanya kepulauan tersebut.
Gua Karangkeng
Gunung karangkeng terletak ± 3 km diarah utara Desa Kalowang tepatnya di dusun
Glugur Kecamatan Gayam, di dusun tersebut terdapat Gua yang disebut oleh
masyarakat setempat dengan Gua Karangkeng. Gua tersebut adalah salah satu
tempat petilasan atau bersemedinya WIROKROMO RADEN CANDRABINATA dan sangat erat
kaitannya dengan sejarah pulau tersebut.
Pemandangan
sekitar Gunung tersebut begitu menakjubkan yang dikelilingi oleh batu-batu
besar dan terdapat pepohonan yang berjajar indah sehingga pemandangannya membut
elok dan nyaman, dan mengandung nilai budaya dan nilai sejarah bagi masyarakat
setempat.
Di Gunung tersebut
terdapat Dua Goa yang dikramatkan oleh masyarakat yaitu Goa Kerangkeng utara
dan Goa Kerangkeng selatan, yang diyakini oleh masyarakat setempat sebagai
tempat keramat dan sebagai tempat pertapaan (semedi) untuk mencari petunjuk dari
yang maha kuasa. Dan tempat tersebut juga terdapat pemandangan yang indah,
sehingga banyak orang yang berdatangan untuk berwisata menikmati keindahan alam
di Gunung tersebut, biasanya ramai didatangai oleh para pengunjung yaitu pada
hari libur sekolah.
Pasarean (Tempat Istirahat Adi Podey)
Yang terletak di Desa Kalowang
Kecamatan Gayam, yang merupakan tempat tinggal Adi Poday putra Sunan Wirokromo
( Panembahan Sunan Blingi). Pesarean Adi Poday yang saat ini masih
berarsitektur kuno walaupun telah mengalami beberapa kali rehabilitasi, dan
tetap terjaga keaslian bangunan dan bagian-bagian yang mengandung nilai-nilai yang
sangat bersejarah, salah satu diantaranya Pondasi yang terbuat dari Tatal Kayu (sisa Kayu), yang masih
dilestarikan oleh Juru Kunci pasarean tersebut Yaitu K. Suryo.
dizaman dulu,
sebelum masyarakat mengenal bahan bangunan semen sebagai bahan perekat batu
atau pasir, tempat tersebut masih menggunakan bahan alami yang diambil dari
alam yaitu menggunakan kayu sebagai bahan bangunan pasarean tersebut, yang
didalamnya terdapat empat pilar sebagai penyangga pasarean tersebut, dan di
salah satu pilar tersebut terdapat tatal
kayu sebagai pondasinya, alkisah karena pilar tersebut kurang panjang tidak
sama panjangnya dengan pilar tersebut, sehingga tatal kayu tersebut dibuat pondasi untuk menyamakan dengan pilar yang
lain, walaupun demikian pondasi tersebut sampai saat ini masih berdiri Kokoh
dan kuat.
Dan didalam
pasarean tersebut terterdapat beberapa Pusaka peninggalan Adi Poday yang
digunakan untuk bertempur menghadapi Raja Klungkung, diantaranya adalah Calok
Kodhik (kujang), Keris, Golo’ dan Tombak yang masih terlestarikan oleh penjaga
pasarean tersebut.
Selain itu, didalam
bangunan tersebut terdapat tempat tidur (pasarean) yang digunakan oleh Adi
Poday kala itu untuk beristirahat, dan terdapat Tempat Wudhu atau yang biasa
disebut Padhasan, dan
semua Benda-benda tersebut masih tersimpan rapi dan terawat dengan rapi
sampai saat ini.
Asta Adi Podey (Panembahan Sunan Wirobroto Nyamplong)
Asta atau kompleks
Pemakaman Sunan Wirobroto atau lebih dikenal dengan Adi Sepuh Dewe putra Sunan Wirokromo Blingi. Terletak di
daerah perbukitan di Dusun Nyamplong Desa Nyamplong kecamatan Gayam, sekitar 8
Km sebelah barat daya desa Gayam. Adi Poday adalah salah satu orang pembabat Pulau
Sapudi, dan juga merupakan seorang pemimpin dalam mempertahankan Pulau Sapudi
dari jajahan raja dari Pulau Bali. Hubungan sapudi dengan Madura sangat eraat,
lebih-lebih anak Adi Poday yaitu Joko Tole yang merupakan salah satu raja di kerajaan
Sumenep.
Sumber Lokal
menyebutkan, pada abad ke-14, Adi Poday lah yang mengajarkan cara beternak Sapi
kepada masyarakat pulau sapudi, yang hingga saat ini masyarakat Pulau Sapudi
mahir beternak Sapi, sehingga terkenal dengan pulau Sapi.
Di makam tersebut
terdapat cungkub (Pintu Gerbang)
utama yaitu ghunongan yang terbuat dari kayu dengan pahatan
tangan yang cukup indah. Dan Ornamen keramik yang menempel di makam yang
bermotif khas cina sehingga kelihatan indah. Seperti hal Asta Blingi, Asta
Nyamplong pun sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat, biasanya pengunjung
banyak berziarah pada malam jum’at dan sekaligus bermalam, terutama malam
jum’at manis. Pengunjung tidak hanya dari Pulau Sapudi atau Madura saja melainkan
dari pulau sapudi. Seperti, dari Situbondo, Bondowoso dan Jember, dan daerah yang
lain.
Panyeppen (Pertapan)
Tempat
pertapaan atau yang dikenal oleh masyarakat sekitar Panyeppen, yang merupakan
sebuah Batu Besar yang terdapat di pinggir Pantai, tepatnya di Dusun Kon Dajah
Desa Prambanan Kecamatan Gayam. Dibalik Batu Besar tersebut terdapat sebuah
bangunan yang menyerupai mushalla. Dan diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai
tempat pesemedian Sunan Wirokromo atau Panembahan Blingi. Dan tempat
tersebut mempunyai nilai sejarah, kekeramatan dan juga pemandangan yang indah,
sehingga sering dikunjungi oleh masyarakat Sapudi maupun luar sapudi untuk
semedi atau bertapa ditempat tersebut.
Fenomena
alam yang ditunjukkan tempat tersebut adalah bongkahan batu yang menjulur ke
pantai yang sangat indah dan menawan. Dan di Sebelah utara penyeppen, kita bisa
menikmati indahnya pemandangan laut. Panyeppen ini merupakan salah satu saksi
sejarah perjalanan panjang Sunan Wirokromo di Pulau Sapudi.
Dan masyarakat
setempat mengkeramat tempat tersebut, sehingga walaupun begitu jauh dari
pemukiman masyarakat, tempat tersebut masih tetap terjaga kebersihan. Untuk
mencapai tempat tersebut kita harus menuruni bukit dan tebing, itulah salah
satu saksi sejarah yang dari tapak tilas panembahan Blingi yang di kenal dengan
sunan Wirokromo.
Asta Nyi Ro’om (Nyai yang mempunyai
julukan Nyai Harum)
tepatnya di
Desa Prambanan Kecamatan Gayam, terdapat sebuah makam atau asta yang berada
ditepi pantai selatan desa Prambanan dibawah lereng. Masyarakat sekitar
manyabutnya dengan Nyi Ro’om (Nyai harum), karena menurut masyarakat setempat,
konon ditempat tersebut ditemukan jenazah yang terdampar dipinggir pantai dan
diperkirakan sudah lebih satu minggu jenazah tersebut berada di pinggir pantai,
namun jenazah itu tidak berbau busuk sebagaimana jenazah pada umum, malah
justru jenazah tersebut berbau harum sehingga masyarakat sekitar ayal dengan
kekuasaan Tuhan ini, sehingga masyarakat sekitar menyeutnya dengan Nyai Ro’om.
jenazah yang
diperkirakan korban kapal tenggelam ini kemudian oleh masyarakat setempat
dikubur dipinggir pantai, disekitar tempat ditemukannya jenazah. Ada sebagian
masyarakat setempat yang menamainya dengan nama Ny. Syarifah Salmah. Asta yang
banyak dikunjungi oleh masyarakat sapudi maupun dari luar sapudi ini, sampai
saat ini dikeramatkan dan di lestarikan oleh masyarakat setempat, karena pada
saat-saat tertentu masih menyebarkan bau yang harum biasanya pada malam ju’at
manis orang mencium harum tersebut.
Taman Tua (Taman Beredhek)
Taman
tersebut terletak di desa Prambanan Dusun Blingi Kecamatan Gayam, tepatnya dikediaman
(Thelem) Sunan Blingi atau Panembahan
Wirokromo di sebelah Utara Masjid An-Nur Blingi. Dan Terdapat Rumah Kuno peninggalan
Sunan Blingi yang masih kokoh berdiri tegak dan terjaga keasliannya oleh orang
di sekitarnya, disamping tempat itu juga terdapat dua Kolam Pemandian yang
masyarakat setempat menyebutnya sebagai “TAMAN TUA”.
Taman tua tersebut
berada tepat dibawah masjid, dengan beberapa anak tangga untuk menuju Kolam
pemandian. Sumber air di Taman Tua merupakan sumber mata air yang digunakan
oleh masyarakat sekitar untuk keperluan sehari-hari, baik itu untuk kebutuhan
air minum maupun mandi. Ini karena Air yang ada di Taman Tua jernih dan bersih.
Masyarakat sekitar ikut menjaga kelestarian dan kebersihan taman tersebut.
Asta Blingi atau Sunan Wirokromo
Kompleks
Makam Atau Asta Blingi berada di Dusun Koattas Desa Gendang Timur Kecamatan
Gayam, Asta Blingi sudah ada sejak Tahun 822 Hijriyah, makam utama berada dalam
cungkub yang diletakkan di bagian
paling utara yang terbuat dari kayu jati yang dipahat tangan dengan tatah, yang
dikenal penduduk setempat sebagai Sunan Wirokromo atau Panembahan Blingi. Beliau
adalah yang menemukan pulau sapudi, singkatan dari “Nosa Poday” yang berarti
Pulau Poday.
Tidak jauh
dari Asta Blingi tepatnya di timur Asta ditersimpan Calok Kodhik (Kujang), Batu
Mustika, Sorban, Klambi Kerre dan
tulisan prasasti dari daun lontar yang diyakini oleh masyarakat sekitempat
sebagai peninggalan panembahan wirokromo. Peninggalan ini masih tersimpan rapi
di rumah salah satu ahli waris Panembahan Wirokromo yaitu H. Fathurrahman (H.
Emang )
Pada survey
yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 1996, pada bagian
masjid Kuno (Se-Jimat) tepatnya di belakang Asta tersebut dijumpai beberapa
potong keramik asing. Obyek artefaktural yang ditemukan berupa pecahan keramik
retak seribu yang berasal dari masa pemerintahan dinasti Ming Akhir, serta
pecahan magkuk besar berhiasan motif sulur-suluran dari masa dinasti Ching,
sehingga masjid tersebut diyakini oleh masyarakat sapudi sebagai masji pertama
yang ada di pulau tersebut.
Prasasti Dusun Koattas
Banyak orang
mengakan Prasasti dusun Koattas, karena prasasti tersebut ditemukan didusun
koattas desa Gendang Timur Kecamatan Gayam pada tahun 1988. Tetapi ada pendapat
lain mengatakan bahwa prasasti tersebut merupakan prasasti yang terdapat di
masjid pertama di pulau sapudi, tepatnya dibelakang Asta Susuna Blingi. Karena
masjid tersebut di rombak dan sisa bangunanya di pindah ke desa Gendang timur
tepatnya di dusun Koattas (Sempangan) sehingga
prasasti tersebut di klaim prasasti Koattas.
Prasasti yang bahan
batu gamping berukuran panjang 49,5 cm, lebar 34,5 cm dan tebal 8 cm, ditemukan
di bawah bekas masjid lama tersebut, pada saat
pembangunan masjid baru, prasasti tersebut disimpan oleh mantan kepala Desa
Gendang Timur; H. Ach. Zaini Nur. Tulisan yang di guratkan pada prasasti
tersebut terdiri dari 16 baris, memakai huruf arab dan berbahasa jawa, yang
berisi silsilah pendiri bengunan masjid tua tersebut, sehingga sampai sekarang
prasasti tersebut masih dilestarikan.
Sumber Kodhung
Dinamakan
Sumber Kodhung, karena bentuknya menyerupai atap dan menutupi sumber mata air
tersebut. Sumber Kodung adalah sumber mata air yang keluar dari cela-cela
dinding batu cadas, terletak di Desa Jambuir Kecamatan Gayam. Sumber Kodung tersebut
mempunyai dua pemandian (Tempat
mandi) yaitu pemandian khusus
laki-laki dan khusus perempuan serta dikelilingi bebatuan yang
sangat indah dan terdapat di atas bukit.
Menurut cerita
lisan masyarakat, awalnya tempat tersebut adalah semak belukar dikelilingi
batu-batu besar, secara tidak disengaja pemilik tempat mendapat wangsit agar tempat
tersebut dibersihkan, akan tetapi belum sampai separuh membersihkan tempat
tersebut, dia melihat sepasang Kerbau putih yang sedang menggaruk-garuk batu
besar sedang mencari air minum karena kehausan, dan akhirnya si pemilik tanah
mendapatkan firasat bahwa didalam batu besar tersebut terdapat suatu sumber
mata air, dan penduduk yang ada disekitarnya langsung bergotong royong untuk
menggali batu besar tersebut. ternyata benar adanya, belum selesai penggalian
yang dilakukan sumber mata air keluar sedikit-demi sedikit dari cela-cela
dinding batu yang diatasnya ditutupi bebatuan besar. Sehingga saat sekarang ini
mata air tersebut dinamakan Sumber Kodhung.
Batu Gendhang
Berdasarkan
keterangan masyarakat setempat dan sesepuh Pulau sapudi, Seperti
situs-situs yang lainnya, situs ini merupakan peninggalan Raja Klungkung Bali
yang kalah dalam pertempuran melawan masyarakat sapudi dan akhirnya melarikan
diri dari kejaran sapudi yang di pimpin oleh Adi Poday pada waktu itu dan di
bantu oleh Putra nya Joko Tole. Karakteristik Batunyapun hampir sama dengan Betho
Gong yang berbahan dasar basalt. Terletak di Dusun Gendang Desa Gendang Barat
Kecamatan Gayam, Situs inilah yang mengilhami nama Desa Gendang Barat dan
Gendang Timur.
Batu Besar
yang berbentuk Gendang berukuran 1 x 1,5 M dengan diameter 40 Cm, menjadi
salah satu saksi perjalanan Raja Klungkung di Pulau Sapudi. Kondisi Batu
Gendang sudah pecah dan kurang terawat. Untuk mencapai Lokasi Batu Gendang kita
harus menggunakan Sepeda Motor, karena jalan yang dilalui adalah jalan setapak
yang sempit dan cukup jauh.
Buju’ Dasar
Buju’ Dasar
terdapat di Dusun Karang Tengah Desa Karang Tengah Kecamatan Gayam. Tidak jelas
siapa nama asli Buju’ Dasar ini, namun masyarakat setempat memberikan nama
Buju’ Dasar, Beliaulah yang pertama kali membuka lahan untuk membangun Pasar Ahaddhen (Pasar Mingguan) di Desa Karang
Tengah.
Lokasi yang
strategis menjadikan Pasar Ahadden di
Desa Karang Tengah menjadi pusat perekonomian masyarakat Pulau Sapudi Kala Itu.
Hingga saat inipun setiap Hari Minggu Pasar Ahadden
menjadi Pasar yang ramai dan merupakan salah satu pasar yang terbesar di
Kecamatan Gayam.
Pasar Ahaddhen ini tidak hanya didatangi
masyarakat Kecamatan Gayam, tetapi juga Kecamatan Nonggunong, Kecamatan Ra’as
dan Pulau-Pulau disekitarnya seperti Pulau Bulu Manuk dan Pulau Payangan. Buju’
Dasar oleh masyarakat menjadi salah satu tempat yang dikeramatkan dan dikenang
jasa-jasanya, karena dianggap menjadi salah satu Tokoh yang membangun
Perekonomian Pulau Sapudi sehingga setiap malam jum’at banyak orang yang
berdatangan untuk berziarah lebih-lebih pada malam jum’at manis.
Buju’
(Makam Kaji ) Angganiti, Agung Sahelah
Buju’ Kaji
masyarakat setempat menyebutnya Adalah salah satu Penasehat sekaligus
murid Sunan Blingi atau yg dikenal dengan Panembahan Wirokromo yang terkenal
sakti. Yang terletak di Dusun Cenlecen Desa Pancor Kecamatan Gayam.
Menurut
cerita masyarakat setempat, ada beberapa masyarakat yang berniat membangun
Congkop (Pelindung Makam)embah Kaji, namun tidak pernah berhasil sebab congkop
yang dibangunnya selalu berpindah disebelah makam. sehingga sampai saat ini
Makam Buju’ Kaji tetap terbuka dan berada diluar tampa congkop. Bahkan usaha
masyarakat untuk menerangi makam dengan lampu listrikpun juga mengalami
kegagalan, sebab setiap kali dipasang lampu, lampu tersebut padam dengan
sendirinya. Oleh karena itulah masyarakat setempat mengkeramatkan Buju’
ini dan melestarikan peninggalan yang terdapat di makam tersebut seperti Baju,
sandal, rambut, dan Minyak kelapa yang diyakini oleh masyarakat bisa
menyembuhkan segala penyakit.
Keindahan
dan keanehan yang lain dari Buju’ Kaji, adalah untuk memasuki makam ini kita
harus naik akar-akar pohon beringin dan melewati pintu Buju’ yang berupa
rekahan pohon beringin. Fenomena alam yang aneh, unik tersebut cukup menarik.
Dan sampai saat ini banyak yang berziarah ke Buju’ Kaji ini lebih-lebih pada
malam jum’at orang yang berziyarah hingga pagi.
Bheto
Gung/Thogung
Situs ini
juga mengilhami nama dusun lokasi tersebut, yaitu Togung yang singkatan dari
Betho Gung. Terletak di Desa Pancor di sudut barat laut pemakaman umum. Situs
ini berwujud tiga belas buah umpak batu (basalt) yang menyerupai gong dan
sebuah lingga semu setinggi 53 cm berbahan basalt yang merupakan alat penabuh (alat pemukul) gong.
Keberadaan
situs ini dikaitkan dengan cerita tentang Raja Klungkung yang terpaksa
melarikan diri dari kratonnya dari Somber akibat serangan yang dilakukan oleh
Adi Poday. Ketika itu sebagian instrumen gamelan pusakan yang dimilikinya
tertinggal. Ukuran masing-masing Umpak berkisar antara: Tebal atau tinggi: 25 –
38 Cm; diameter keseluruhan 60 – 74 Cm; Diameter Tonjolan 23 – 25
Cm
Menurut
Keterangan masyarakat, batu ini setiap malam jum’at berbunyi, tapi yang
mendengar hanya orang-orang tertentu saja. Selain itu, di sebelah utara situs
ini terdapat sumber yang airnya tawar dan menjadi pemasok air masyarakat Desa
Pancor dan Gayam, dan sampai sekarang peninggalan raja klungkung ini masih
terlestarikan dan menjadi wisata bagi masyarakat sapudi dan juga masyarakat
diluar sapudi sebagai objek penelitian baik bahan skripsi maupun media cetak.
Betho Bedhil
Terletak di
Dusun Kaladi Desa Pancor Kecamatan Gayam sekitar 3 Km di sebelah Timur Gayam.
Terdapat sepotong batuan pasir (sandstone) berwarna kuning kecoklatan berukuran
panjang 159 Cm dan tebal 28 Cm. Benda yang dikeramatkan ini masyarakat biasa
menyebutkan BETHO BEDHIL, dikatakan sebagai senjata Raja Klungkung yang
tertinggal ketikan kalah melarikan diri dari kejaran Adi Poday.
Raja
Klungkung memang pada saat itu berusaha menguasai Madura dan Pulau Sapudi,
namun di Pulau Sapudi raja kelungkung mendapatkan perlawanan dari masyarakat
Sapudi yang dipimpin langsung oleh Adi Poday beserta putranya aitu Joko Tole.
Di dusun KALADI tempat ditemukannya Betho bedhil tersebut, nama tersebut merupakan
singkatan dari “Kalah e Die” (Kalah
disini). menurut sesepuh Gayam Kaladi adalah tempat titik kekalahan pasukan
Raja Klungkung dengan Pasukan Adi Poday di tempat tersebut sehingga di kenang
dengan nama sebuah dusun di desa pancor.
Sumur Tase’
Fenomena
Alam yang cukup unik ini bisa di temui di Dusun Jambusok Desa Prambanan Kecamatan
Gayam, namun dusun tersebut lebih di kenal dengan nama somor tase’, tepat di
sisi Pelabuhan Sumur Tase’, pelabuhan yang menghubungkan Kecamatan Gayam dengan
Kecamatan Ra’as.
Ditepi pantai
tersebut terdapat sebuah sumur yang berada di tepat diPinggir pantai tetapi
airnya tawar dan segar. Bahkan Masyarakat sekitar menjadikannya sebagai pasokan
sumber air minum. Salah satu keunikan dari Sumur Tasek ini adalah sumber mata
airnya yang tidak pernah habis-habis walaupun musim kemarau.
Masyarakat
juga menjadikan sumur tasek sebagai tanda perubahan musim, pada saat tertentu
air akan berasa asin sampai tiga kali, maka itu akan menjadi tanda adanya
perubahan musim kemarau ke musim penghujan ataupun sebaliknya. Di sekitar Sumur
Tasek, kita juga bisa melihat indahnya batu-batu karang yang menjulang ke
pantai dan panorama laun yang begitu indah, dan tempat tersebut juga sebagai
wisata bagi masyarakat sapudi.
Goa Blingi
Masih satu
kompleks dengan Asta Blingi atau sunan Wirokromo, tepat di samping timur asta.
Goa yang penuh stalaktit yang indah dan mempesona, tidak banyak orang yang
mengetahui keberadaan goa ini karena letaknya yang tersembunyi tepat dibawah
kayu besar yaitu kayu Nangger Goa
tersebut barada.
Menurut
keterangan masyarakat setempat dan Juru Kunci Asta Blingi, Goa Blingi
terdapat beberapa tembusan yang diyakini oleh masyarakat setempat bisa tembus
ke Gunung Carron di kabupaten Situbondo dan ke Mekkah. Sumber lokal menyebutkan
Goa Blingi adalah terowongan jalan yang menghubungkan Pulau Sapudi dengan
Situbondo yang sewaktu-waktu digunakan Panembahan Wirokromo untuk mengusir
binatang buas ke gunung Carron di kala itu.
Dari luar
Goa ini tampak kecil, karena kita masih harus menuruni ke bawah untuk menuju
ruang bagian dalam goa yang cukup luas. Walau Didalam goa masih banyak kita
jumpai Kelelawar, namun kondisi Goa cukup bersih. Diujung goa ada lobang kecil
seukuran manusia yang menghubungkan kebagian goa yang lain, sehingga kita harus
merangkak untuk melewatinya. Dan apabila kita akan masuk goa tersebut kita
harus menyiapkan penerangan senter atau obor untuk melaluinya, karena di dalam goa
tersebut begitu gelap.
dan goa
tersebut juga mempunyai keunikan, yaitu dalam goa tersebut terdapat Taman dan
sungai didalamnya sehingga masyarakat sapudi dan juga luar sapudi mengambil air
untuk di minum dan masyarakat meyakini air tersebut bisa menjadi obat untuk
setiap penyakit, dan tidak hanya itu i dalam goa tersebut juga terdapat
petilasan untuk mendekatkan diri pada tuhan yang maha kuasa, sehingga tak
jarang kita temui orang yang sering bertapa di goa tersebut.
Goa Sapi (
Goa Enoman )
Goa Sapi begitu
masyarakat menyebutnya, yang terletak di Dusun Minomi Desa Prambanan Kecamatan
Gayam. Goa Sapi ini merupakan salah satu situs yang menguatkan Kenapa Jumlah
Sapi di Pulau Sapudi tidak pernah habis-habis, walaupun setiap minggunya +
500 ekor sapi yang keluar Pulau Sapudi. Goa Sapi dipercaya oleh masyarakat
Sapudi sebagai Rumah Ratunya Sapi. Sehingga masyarakat Gayam lebih menyebut goa
ini sebagai “GOA RATU SAPI”.
Konon
menurut cerita masyarakat setempat, Di Dalam Goa tersebut ada sepasang sapi
yang besarnya 2 kali lipat dari sapi biasanya, bertanduk dan Ujung Kakinya
terbuat dari Emas, menampak dirinya setiap malam jum’at manis.
Goa Sapi
dipercaya oleh masyarakat Sapudi maupun Luar Sapudi (dari Kabupaten Situbondo
dan Bondowoso) bisa mengabulkan permintaan untuk memperbanyak sapi dengan
cara membawa Tongar Sapi (Tali Kekang Sapi) ke Goa Sapi tersebut. Dibalik itu
semua, keunikan Fenomena alam yang eksotik dapat kita lihat di Goa Sapi itu,
Goa yang ada di balik Pohon Enoman ini indah dan Menawan dan tempat ini juga
dijadikan tempat wisata bagi masyarakat sapudi.
Kelbhu’
Terletak di
desa kalowang sekitar ± 2 Km arah utara jalan raya Desa Kalowang Kecamatan
Gayam, Kelbhu’ mempunyai ciri khas dengan semburan lumpur dengan luas semburan
sekitar ± 50 meter persegi. Pemilik tanah tidak bisa menyebutkan sejak
kapan kemunculan kelbhu’ itu ditanah tersebut, kemunculan kelbhu’ itu sudah
berlangsung 7 turunan sebelum pemilik tanah yang sekarang.
Ada sebagian
masyarakat yang menganggap kelbhu’ ini merupakan semburan lumpur yang
diakibatkan oleh semburan gas alam yang terdapat di Pulau Sapudi, seperti halnya
Lumpur Lapindo di Sidoarjo, dan sebagian masyarakat mengatakan bahwa konon dulu
orang belanda memasukan sebuah kotak di tempat tersebut tidak lama kamudian
kotak tersebut diambilnya sehingga kemudian keluar air dan menjadi sepeti saat
ini, dulu semburan tersebut bukan berbentuk lumpur tetapi air biasa, tetapi
dengan adanya gempa pada waktu itu sehingga suhu bumi tersebut berubah dan
semburan tersebut berubah menjadi lumpur.
Namun
anehnya kelbhu’ yang ada di Desa Kalowang ini tidak mengeluarkan asap dan bau.
Perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah kelbhu’ ini merupakan
semburan Gas atau bukan. Ada sebagian masyarakat yang percaya bahwa Semburan
Kelbhu’ tembus sampai goa dasar laut sebelah barat Kalowang.
*Anggota Kelompok
Kajian Pojok Surau (KKPS)